Pages

Kamis, 02 Februari 2012

Unpredictable Boyfriend #Part2

Rey berlari sekencang mungkin menghindari Nico. Karena cowok itu memaksanya untuk pulang bersamanya. Jelas saja Rey menolak, takut saat pulang tinggal nama, atau besok akan ada pemberitaan "Pembunuhan Gadis Belia" hiiiyy NGERI! Tapi ternyata langkah Nico memang jauh lebih cepat daripada Rey. Dicekalnya lengan kanan cewek itu. Ditariknya cepat tapi Rey mengibaskannya. Rambutnya yang dikuncir ekor kuda sampai maju ke depan wajahnya saking kerasnya Nico menarik. Beberapa pasang mata memperhatikan mereka dengan sinis.
"Gue bawa mobil kaakk! Udah gue mau pulang.. Leppassiiinn!!!"
"Oh, yaudah gue aja yang nganterin lo! Mana kunci mobil lo?"
"Gue bisa pulang sendir.. Auw!" ia berusaha mundur tapi karena posisi Nico yang ada disampingnya membuat Nico bisa menjegalkan kaki itu dibelakangnya. Rey terjatuh dan Nico menahannya.
"Gue maunya elo pulang sama gue, Aiko", ucapnya lembut sambil menatap Rey tepat di manik mata. Nico mendekatkan wajahnya disamping telinga Rey sehingga dengusan nafas itu terasa hangat menyapu pundaknya.
"Tapi gue nggakmau..."
"Lo harus mau! Yuk!"
Menyerah, Rey menyerahkan kunci mobil itu pada Nico yang langsung meraih satu tangan Rey dan menggandengnya. Rey hanya mengikuti dengan mulut manyun, sementara banyak anak kelas 10 sampai kelas 12 yang menatap mereka sinis. Tapi Nico sangat masabodoh dengan semua. Peduli apa?

Perjalanan selama 25 menit berjalan sunyi. Rey hanya menatap luar jendela yang mulai basah karena gerimis. Hatinya merasa sedih, teringat Xian saat dulu mereka masih menjadi 'soulmate'. Tapi kini semua telah pupus. Dilema itu harus dimusnahkan. HARUS!
"Aiko, udah sampai"
"Apa?"
"Lo nangis?" tangan itu menyentuh pipiku yang basah.
"Oh gakpapa kok hehe. Lo pulangnya gimana?"
"Temen gue ngedrop gue disini. Tuh! Udah ya gue pulang daah!"
"Iya.."
Nico segera keluar dan menyusul temannya yang berada di seberang rumah Rey dan dia tersenyum melihatnya. Huh, apa lagi ini? Rey segera memarkir mobilnya di garasi. Saat masuk ia disambut Shella yang langsung merangkulnya dan bertanya banyak.
"Meimei pulang dianter cowok? Siapa mei? Cool abis. Kaya Boy William!"
"Iya. Dianya maksa. Kakak MOS aku sih. Namanya Nico. Yang dulu mati-matian ngebenci aku itu lho ce!"
"Ah masa itu si Nico? Beda banget mei sekarang! Ganteng! Eh emang dia udah baikan sama kamu?"
"Belum"
Shella sudah hampir membuka mulut tapi aku keburu pergi. iPhone ku berdering menyanyikan Love Like Ours-nya Patlabor. Kulihat nomor asing masuk ke iPhoneku itu.
from : +62873401982
Hi, gw Dean, Rey! save nmr gw ya!
to : Dean
Ud ka, gw ud smpen. Ad ap? :)
from : Dean
gpp, gw pgn dkt sm lo aj. Blh kn?
to : Dean
ble:)
Ternyata Dean, si duplikat Fendy Chow itu. Rey langsung rebahan. Badannya capek. Tapi begitu mengingat kejadian di UKS tadi, ia jadi senyum-senyum sendiri. Bukan kesambet. tapi KESMARAN! eh, KASMARAN-barangkali. Seharusnya tadi gue sadar waktu seharusnya sadar nggak pura-pura belum sadar gara-gara Nico nggak keburu pergi, biar ngga kena cium. Haduh... gumamnya sambil menepuk kepalanya sendiri. Tapi begitu mengingat Xian, semuanya buram. Tangis lagi yang terbaca. Bukan senyum.
-------------------------------
Skip, sekarang hari terakhir MOS. Kemarin-kemarin Nico berubah, mengisi hari-hari MOS dengan bentakan bentakan. Tapi diakhiri dengan tawa yang meledak. Dean hanya bisa terdiam menatap sobatnya yang kelewat GILA itu! Rey hanya bisa manyun saking dongkolnya. Seperti hari ini, karena syarat MOS itu adalah siswa harus MEMBERIKAN TANDA CINTA PADA SALAH SATU KAKAK MOS NYA - gue ngeri - maka mereka harus membelikan cokelat, boneka atau membikin surat cinta. Syukur-syukur kalau jadian beneran, kalo nggak?
"Semua nanti harus menyerahkan tanda cinta ke salah satu dari kita ya. Gue atau Nico. Bebas! Pokoknya yang kalian anggap menyenangkan"
"Okee kaakk!" kata kelasku serempak.
Malam ini mereka akan menutup acara MOS dengan pentas seni. Ya, seperti sekolah-sekolah pada umumnya, yang membedakan adalah disini harus ada kolaborasi penampilan antara kakak OSIS dan anak bimbingnya. Dan harus CEWEK COWOK! Kalau yang cowok anak OSIS, ya ceweknya anak kelas 10 baru, atau sebaliknya. Masalah tanda cinta, Rey akan memberikannya pada Dean, ia memberikan buket bunga mawar putih.
"Kaak, inii buat kakak"
"Waahh makasih!", Dean lalu memeluk Rey. Dia merasakan wajahnya memanas, mungkin karena malu.
"Sama sama hehe"
"Buat Dean doang? Nico mana?!" tanya Nico dengan nada protes.
"Elo sih bikin dia marah melulu, harusnya dia jatah lo tapi milih gue kan! HAHA!" Dean tertawa lalu menepuk sebelah  bahu Nico.
"Ngg... udah udah.. Sama aja kok dapet kado dari Rey apa nggak"
"Iya, eh Rey sebentar" Dean pergi, tapi Rey merasa ada yang tidak beres.
"Aiko, nyanyi bareng gue ya?"
"Apaan?!"
"Nyanyi, sing sing.. SING-ING!"
"Ah, ngaco aja lo kak!"
"Huh, yaudah kalo nggak mau!"
"Niiicoooo!!!", cewek Western itu lagi.
"Mariaa!" kata Nico tak kalah melengking.
"Gue pergi ya kakak lo ngamuk ntar"
"Dia sebenernya... cewek gue"
"Oh"
Rey ber-oh-ria lalu pergi meninggalkan Nico. Ia melihat Nico dan Maria sedang bercakap-cakap tapi sesekali Nico menatap Rey. Dia hanya mendengus saat pandangannya bertemu dengan Nico. Kenapa sih dia nggakbisa sedetik aja melepaskan pandangannya dari gue? gerutunya. Ia mencoba menunggu Dean tapi tetap saja tak ada sosok itu. Rey mulai khawatir dan meremas-remas tangannya.

Felly berjalan menghampirinya, menatapnya dengan muka sok imut. Lalu dijitaknya kepala Rey, tapi Rey hanya bisa melongo, bingung ada apa. Felly lalu menatapnya, menata rambutnya lalu senyum sendiri. Entah apa yang ada dalam fikirannya.
"Kenapa sih Fel?"
"Ehh, nggak. Gue cuma diajak duet sama Kak Dean"
"Oh.. Seru dong?"
"Yaiya seru. Nah elo tadi gue denger diajakin duet sama Kak Nico, kok nggakmau?"
"Gue bisa digibeng Maria dong Felly!"
"Duet doang apa salahnya sih?"
"Bodo akhh!"
Pensi dimulai. Felly dan Dean menyanyikan lagu I Love You-nya Avril Lavigne. Anak kelas 10.Acc4 menyuguhkan drama, 10.Acc5 menyuguhkan akustik. Nah ininih yang bikin ngenes, Nico memanggil nama Rey. Mau nggak mau Rey harus maju kalau takmau namanya tercoreng. Maria menatapnya sinis. Lagi.
"Kali ini gue sama si Aikodok bakalan nyanyiin lagunya seseorang. Akustik. Kita bakal nyanyiin lagunya  CCC Girls - Missing You"
Terdengar beberapa penonton bersuit-suit dan beberapa lainnya tertawa karena AIKODOK itu!
"Lo.. lo kok.. tau ini..?"
"Dulu aku tinggalkanmu, dulu aku lupakanmu, dan aku berpaling untuknya.. AIKO!"
"Maaf sayang ku tak tahu betapa kau cinta aku, kini kusadari ku salah please baby come back"
"BABY IM MISSING U BADLY, WISHING YOU HERE WITH ME. NEVER LET YOU GO AWAY. DONT WANNA LOSE YOU AGAIN", perlahan Rey menikmatinya. Dan Nico pun tersenyum.
"Besok lo ikut gue ke tempat Xian" bisiknya tepat di telinga Rey.
"Tap, tapi gue"
Tanpa memedulikan Rey, Nico langsung turun panggung. Dengan super ogah-ogahan Rey mengikuti dibelakang Nico. Baru tangga pertama tapi, KRAKKKK!!!!! BUK! KREK! Semua mata bertanya tentang apa yang terjadi di tangga itu. Termasuk Nico. Ditemukannya Rey jatuh dengan tangan, kaki dan kepala bersimbah darah. Tanpa banyak suara, Nico menggendongnya. Semua yang memandang hanya bisa membuka mulut dan berkata "OhMyGod". Bu Rima dan Pak Seto ikut dalam mobil Nico menuju rumah sakit. Tanpa sadar Nico menangis melihat Rey. Aiko, lo jangan sampe ninggalin atau lupain gue ya, gue takut batinnya.
----------------------------------------------
#Wish 2 : Gue mau liat Aiko kaya kemarin lagi, jangan sakiti dia Tuhan - Kenrico
#Wish 3 : Gue belum sanggup ketemu Xian. Oh God help me:( - Rey

Wait on the next story, it will be SHOCKED!

Unpredictable Boyfriend #Part1

LOCS.. Ories.. LOCS.. Ories.. Mungkin hanya hal itu yang ada dalam fikiran Rey. Mencoba untuk menimbang mana yang akan dia ambil, apakah Lord Of Child Senior atau San Diego Ruth Intern Senior. Memang dua sekolah itu memenuhi otaknya sejak dua bulan lalu. 'Gue baru empatbelas tahun! Kurang jelas? EMPAT BELAS TAHUN! dan gue udah SMA! SMA!'. Memang, gadis itu baru berumur empat belas tahun, karena kelas akselerasi itu membuatnya setahun lebih cepat menempuh SMP.
"Gue sih nggak masalah gue sekolah dimana dan kapan selesainya, tapi gue pening gara-gara gue musi sekolah dimana"
"Ambil aja yang kamu suka, Rey"
"Tetep aja aku bingung kak!"
"Aiko Kiareychima Akimoto, my japanese one. Mei, dimanapun kamu sekolah itu harus menuruti kata hati kamu. Kakak emang sekolah di LOCS tapi kamu bisa ambil sekolah di Ories. Grade nya lebih tinggi lho"
"Ntar Rey fikiri deh! Udah ya ngantuk! Mau tiiidurr!"
"Byee my little bear!"
Ixella Takeda Akimoto, sang kakak perempuan yang jail. mukanya mirip Erika Sawajiri. Cantik dan MENIPU! Tapi menurutnya Rey mirip sekali dengan Aelke Mariska, hanya saja pipinya terlalu menggembung seperti bakpao. Kali ini kepala Rey benar-benar pusing dan ia memutuskan untuk tidur. Semoga beban ini berkurang esok, apalagi kurang satu minggu lagi maka Atumn Holidaynya akan berakhir.

Pagi ini saat terbangun Rey kembali menatap pamflet SMA-SMA bergengsi itu.Akhirnya setelah menimbang-nimbang, Rey memutuskan untuk memilih Ories karena sejak awal dia benar-benar ingin memulai sesuatu yang beda. Rey langsung meminta mamanya untuk mengurus sisa administrasi sekolah hari ini. Matanya berubah haluan setelah masuk di pelataran Ories. Fantastis! Dilihatnya tujuh gedung berlantai empat dengan papan-papan nama "First Step Accelerate", "Indonesian Accelerate", "Science Accelerate", "Social Accelerate" dan "Math Accelerate". Sisanya hanya kelas-kelas reguler. Dilangkahkan kakinya mantap lalu menuju ke ruang sekretariat OSIS.
"Permisi kak" sapanya lembut.
"Iya Ndre ben.. Eh iya? AELKE MARISKA?!" kata seorang kakak OSIS cewek.
"Hah apa?" yang lain menyahut.
"Bukan, saya murid baru disini"
"Oh, maaf. Eh iya dek ada apa?" tanya kakak itu lagi.
"Kalau mau ngambil seragam dimana ya kak? Soalnya masih bingung"
"Dari sini lurus aja tempatnya ada di ujung koridor ini kok" katanya sambil menunjuk dengan tangan.
"Terima kasih"
Rey melangkah pergi, dilihatnya di sisi kanan seorang cewek memandangnya sinis. Wajahnya cantik, agak West tapi mukanya menegaskan dia tipe orang yang tak banyak omong. Dia terus saja melaju, menuju ke ruang yang dimaksud. Sesampainya disana ia hampir melotot melihat sesosok manusia yang mirip dengan............ Satoshi Tsumabuki! Dan dia adalah kakak kelas Rey sewaktu SMP yang juga membencinya.
"K.. Kak.. Mau a.. ambil.. seragam!"
"Lo lagi lo lagi! Nggak bosen ya nyampur sekolah bareng gue?"
"Udahlah seragam gue mana sih?"
"NIH!" katanya sembari melemparkan sekresek seragam SMA.
"Yang sopan dikitan Nic" seorang cowok mengambil tas itu.
Sekolah ini isinya aktor sama aktris Jepang semua apaya? Masa daritadi isinya muka-muka oriental semua?!Eh tapi gue juga sih... runtuknya dalam hati. Cowok itu lagi-lagi bermuka oriental, tapi lebih khas muka Indonesia. Mukanya boleh dibilang mirip Fendy Chow! Kali ini Rey tidak berkata-kata lagi, hatinya sudah dongkol dengan peristiwa tadi. Lalu ia pergi tanpa mengucapkan terima kasih.
----------------------------------------
Hari ini adalah hari terakhir Atumn Holiday. Sebenarnya sudah berakhir sejak empat hari lalu tapi Rey masih menganggapnya Atumn Holiday. Rey berencana akan pergi ke Mangga Dua Square untuk membeli beberapa novel romance. Ia benar-benar menggemari novel nuansa romance. Dan lagi, ia SELALU pergi dengan Shella.
"Ce, aku kesana ya? Mau nyari novel karyanya kak Esti Kinasih. Habisnya aku belum sempat beli"
"Iya mei, cece mau nyari headphone buat tablet cece. Yang kemarin rusak!"
"Rusak mulu! Yaudah deh"
"Bodo! Yaudah sana huss!"
Rey masih ngomel-ngomel tak jelas. Saat ia balik badan, ia menemukan cewek western yang ada di Ories kemarin. Bersama dengan Ichida Kenrico Mizushima. Ya, kakak kelas yang kelewat membencinya itu. Sementara cewek western itu seperti pacarnya karena ia menggaet satu lengan Nico.
"Lo lagi lo lagi lo lagi" kata Nico sambil menghitung dengan jari.
"Diem napa sih! Biasa aja kalo elo ngebenci guee!" kataku tak kalah jutek.
"Udah ah udah apaan sih! Aelke udah ya maafin si Nico, dia memang begitu. Udah ah yuk cabut duluan ya!"
"I.. Iya kak"
"Awas lo MOS besok!!" Nico mengacungkan telunjuknya dengan nada mengancam.
"Awasin aja gue enggak takut! Ntar gue bilangin kakak cantik disamping lo!"
"Dia kakak gue!"
Rey setengah menganga karena hampir tak percaya. Cewek itu kakaknya? Ha? Tapi mukanya lebih muda. Rey benar-benar muak dengan Nico. Apapun yang dia lakukan sejak di SMP. SEMUA! Karena dulu hanya Nico dan mantan pacarnya Aliya yang membuat seantero sekolah membencinya semasa SMP.
---------------------------------
MOS tiba. Semalam Rey takbisa tidur karena memikirkan ucapan Nico kemarin. Ia tau apapun akan dilakukan Nico untuk membuatnya jera. Tapi sudahlah ini konsekuensi di Ories. Rey melangkah agak gontai saat sampai di halaman Ories. Dia melangkahkan kaki menuju ke kelas 10.Acc7. Disana seisi kelas hampir penuh karena Rey sengaja berangkat telat.
"Hai, little princess" sapa cowok kemarin. Rey tidak tahu bahwa cowok itu menjadi kakak MOS kelasnya.
"Hallo"
"Nggak nyangka kita ketemu lagi ya!"
"Hmm, iya"
"Aku Deanjima Hyakkimaru. Kalo lo? siapa?"
"Aiko Kiareychima Achimoto. Nama lo unik Ka..."
"Dean aja"
"Oke.. Panggil aku Rey"
Rey beruntung bertemu Dean dan berteman dengannya. Tak lama kemudian Nico masuk dan menyapu pandangannya seisi kelas. Ia terlihat cool dengan jas OSIS yang dilipat sampai ke siku dan tatanan rambut ala Boy William membuatnya semakin 'KERE-N'! Tiba-tiba sesuatu terasa luruh dari dalam hati Rey. MOS pun dimulai.
"OK, lo lo semua, DUDUK! Gue mau tanya sama satu cewek disini. AIKODOK!" ucap Nico sengit, matanya menyipit mengarah kepada Rey.
"Berhenti panggil gue kayagitu!"
"Tadi pagi, lo berduaan sama Dean, NGAPAIN?" tanyanya sambil menunjuk Dean dan menatapnya dengan raut muka marah.
"Lo mau nge-MOSin anak-anak apa gue doang sih, KAK?" kata Rey dengan nada SUPERLUNAK. Kurang jelas? SUPERLUNAK! Jujur Rey takut menatapnya yang DINGIN!
"Kali ini khusus ELO!", katanya dengan tetap membentak.
"Ki.. Kita kenalan aja kok.. Soalnya kemarin belum sempat tanya na.."
"IZIN GUE DULU! LO HARUS DIBAWAH PENGAWASAN GUE ATAU LO GAK AKAN TENANG SEKOLAH DISINI!"
Dean hanya terdiam dan memilih untuk tak ikut campur. Ia sepertinya ogah bermasalah dengan Nico, tapi akhirnya disamperin juga tuh cowok muka oriental-sama sih.
"Udah kek Nic. Lo marah? Apa salah dia?"
"Waktu SMP dia bener-bener nyebelin tau gak!"
"SMP beda sama SMA Nic. Udah"
"Ma..af.." Rey terbata. Ia mencegah agar bulir-bulir bening itu tak jatuh dari pelupuk matanya.
Seisi kelas terbengong-bengong dengan apa yang terjadi. Chintya yang duduk disamping Rey cuma bisa geleng-geleng kepala. Sementara sahabatnya, Felly hanya bisa terdiam. Semua mempertanyakan apa motif Nico mengolok-oloknya seperti tadi.

Nico seperti tidak membiarkan Rey pergi. Di kantin pun Rey diikuti, sampai ke kamar mandipun Rey masih saja dibuntuti - Nico hanya menunggu di ambang pintu. Persis seperti detektif. Bahkan Rey menjadi tontonan banyak pasang mata. Ada yang berbisik-bisik, ada yang menyindir bahkan sesekali menjegal kakinya. Tapi Nico dengan muka datar tetap meneruskan menguntit cewek mungil itu - 165 cm mungil (?). Saat mereka sampai di kelas, tak ada seorangpun disana. Nico merapatkan diri pada cewek didepannya.
"LO TUH NGAPAIN SIH NGIKUTIN GUE!" kata Rey dengan nada supertinggi.
Nico memegang dagu dan pipi Rey dengan satu tangan, mencengkeramnya erat. Satu tangan lainnya digunakan untuk menahan tubuh Rey agar tidak kabur.
"POKOKNYA LO HARUS ADA DIBAWAH NAUNGAN GUE, KARENA GUE AKAN HANCURIN LO PERLAHAN! GUE UDAH BENCI SAMA LO DARIDULU! LO TAU KESALAHAN TERBESAR LO APA? LO TAU? LO... UDAH NGEBUAT..."
"Eh maaf kak, saya nggak ngerti" kata Chintya. Melihat Rey menangis, ia hanya bisa menatapnya nanar.
"KELUAR LO! TUTUP PINTUNYA!"
"Gue nggak ngerti gue salah apa!"
"Salah lo, lo udah bikin adek gue NYARIS MATI! DAN SEKARANG DIA MASUK KE RUMAH SAKIT JIWA"
"Ma.. Maksud lo?"
"Lo udah bikin gue kehilangan Xian yang dulu! CEWEK GAK GUNA LO!"
"Gi.. Gimana bis.. bisa? Ya ampun.. Gu.. Gue nggak tau"
"Xian itu adik gue, KANDUNG! Tapi karena bokap nyokap gue cerai, akhirnya gue nggakpernah ketemu dia. Dan sekarang, karena ELO TOLAK, DIA PULANG BAWA MOTOR KEBUT-KEBUTAN DAN BESOKNYA DOKTER BILANG DIA GILA!"
"Jadi.. itu yang ngebikin lo pindah ke SMP gue dan buat semua orang benci gue? Jadi lo nyebarin berita kalau gue penyebab semuanya? Lo salah! Gue nggak nyangka akan separah itu.." Rey limbung. Nico menahannya dengan satu kaki sementara kaki lainnya menginjak tanah. Tangannya melingkar menahan tubuh cewek itu. Dan hatinya sejenak luruh. Ia menikmati saat-saat Rey limbung dengan keadaan sembap begini. Kedua ujung bibirnya terangkat. Tapi buru-buru ia menghapusnya.

Luar kelas mereka sudah ramai dengan siswa-siswi yang penasaran dengan apa yang terjadi. Dean yang melihat hal itu hanya bisa terdiam. Ingin ia menolong Rey tapi karena panggilan Bu Elma ia jadi tak bisa menolong Rey. Nico terus memandang wajah Rey, tapi ia tak mengerti kenapa semua beda. Di UKS pun Rey masih pingsan. Nico hanya memandangnya. Ada hasrat dalam dirinya untuk menyibakkan rambut yang tergerai di atas muka Rey, tapi Dean keburu muncul.
"Dia nggakpapa kan?"
"Oh, nggak"
"Kenapa bisa gitu?"
"Gue takutin sama cicak"
"Elo tega. Tu cewek lo habisin melulu!"
"Udahlah sob biarin"
"Yaudah gue tinggal dulu ya. Ada bimbingan buat Kempo besok"
Dean berlalu lagi, rasanya sudah cukup untuk sejenak memandang raut wajah imut Rey. Nico sekali lagi memandang wajah itu. Dan saat Dean pergi, Nico mengecup pipi kiri Rey. Sesudahnya ia merasa baru dirasuki nyawa. 'Tadi gue ngapain?' gumamnya.'Tapi Rey, Sory gue bakalan bikin lo nangis. Gue akan bikin lo sakit hati untuk ngebales Xian, tapi gue kayanya gabakal bisa jahat sama lo' rutuknya. Nico akhirnya meninggalkan ruangan itu. Sedetik kemudian Rey terbangun. Pipinya memerah karena baru saja mendapat sweet-kiss oleh orang yang dia benci. Tapi apa artinya?...

-------------------------------------------------------------------------
#Wish1 : Gue pengen ketemu Xian dan jelasin semuanya biar Nico nggak marah - Rey
Guys, Wait on the next story.. :)
See You Soon! Keep Read, Enjoy and Love!