Pages

Kamis, 29 Maret 2012

Ballerina's Dream

I will write this soon. It will tell u about the ballerina's life which through one thousand big problems but she can drove it to herself and destroy it all. And the final she must choose between ballet and singing. Which she will chose? Her own dream or her new wish? Who knows? :) wait ya! You will learn the moral value from this story.


Writer: elfrida ernestina


Published with Blogger-droid v2.0.4

Senin, 26 Maret 2012

Sincerely, Faith

When you believe in your partner, it will keep u on his side. But when you lost its faith, you will easier broken. You know? It will hurts everthing. Broke everything that were beautiful. Sometimes i think that believing is just the second part of a relationship. But the most important things that you must keep is COMMUNICATION and  FAITHFUL! 

I do this with my family and my friends. And the result, between us have a very good relationship. Little problem we had, make us know ourselves more. Im very happy because i can keep my relationship with other people. So, dont ever make something easy, everything is important but it needs the right time to do. Aha, I love t believing but somebody like to kill me slowly. Yeah. I really hate it.

What i hate the most is, when im faith with my bestfriend then they hurt me next time. I try to apologize him but he could do it again. If im a boy, maybe i'll hit his face one thousand times. Its draw how hurt I am. Dont they know that I will cry if i remembered them? But it feels like wishing someting uncatched. I always pray to my Savior, God please give me the right man. Dont let him injure me anymore. 

I keep wishing and searching for the sincerity. . .


Jumat, 23 Maret 2012

Unpredictable Boyfriend - Shiarrone #Part 4

Sampai di kamar Rey, dokter datang dan memeriksa luka Nico. Hanya luka luar. Shella menghembuskan nafas, lega. Ia menghampiri Rey yang masih saja menangis sambil menggenggam tangan Nico yang belum sadar sejak tadi. Shella tau penyebab Rey jadi seperti itu. Ia maklum. Hati Rey masih terguncang. Untung mama papa Rey sedang di Singapore untuk keperluan bisnis. Jadi Rey tak perlu di interogasi.
“Rey, untung kamu nggak membunuh Nico!” 
“Aku nggak pernah berniat membunuhnya, Ce! Aku benar-benar nggak ngerti harus ngapain. Emosi aku udah tertahan sedari tadi aku di RSJ Xian” bulir bulir bening itu tetap mengalir. 
“Ja... Jadi tadi kamu ke tempat Xian?” 
“Ya. Ken yang menyuruhku” 
“Rey, kalau Cece boleh saran kamu harus perlahan move on dari Xian. Kamu dan Xian...” 
“Nggak mungkin bersatu. Rey tahu itu, Ce! Rey pengen move on tapi susah!” ucapnya sambil terus menangis.Tiba-tiba tangan Nico menggenggam tangannya lebih erat. 
Move on, nggak cukup sehari, Sayang. Perlahan kamu lupakan masa lalu itu dari mulai hal kecil. Semua akan berlalu begitu saja”“Aku tahu”“Kakak tinggal dulu ya?”“Hm!”
Shella meninggalkan Rey sendirian disana. Memori itu kembali mengusik benteng yang selama ini dibangun Rey dengan bersusah payah. Rey menyentuh ponsel Nico. Ia terpana saat melihat wallpaper ponsel itu. Wallpaper itu menampakkan wajahnya yang masih pucat dengan alat bantuan pernafasan saat di rumah sakit setelah insiden MOS kemarin.Dan yang paling membuatnya terpana adalah... ada Nico menempelkan kepalanya di sisi kanan kepala Rey. Dibalik senyumnya itu ada seberkas cairan bening menempel di pipinya yang terkena LED camera ponsel... Nico menangis?!

Setelah melihat wallpaper itu tak sengaja Rey membuka BBM Nico. Ia lebih kaget mendapati display picture yang sama dengan wallpaper Nico. Bahkan di Personal Message Nico tertulis “Shit. Miss u already, Aiko!”. What the...?! batin Aiko. Darahnya berdesir, segenap luapan emosinya hilang seketika.
“Kenapa lo make foto gue dimana mana?” katanya sambil terus menggenggam erat tangan dingin Nico. 
“Kalo gitu, gue foto elo ya? Tapii, boleh dong gue balas dendam?”Rey mengambil iPhone nya. Ia berada pada sisi kanan bed itu dan... one kiss is arrived on his cheeck. Rey memotret itu. 
“Maaf sekaligus makasih. Salah sendiri kamu dulu cium cium aku! Aku tidur duluan ya, udah jam dua. Karena besok hari libur, kamu tidur sampe siang nggakpapa kok! Dah Ken!” katanya sambil menata selimut Nico. Ia tidur di kamar Shella.
Rey sama sekali tidak tahu, sejak lima belas menit yang lalu sebenarnya Nico sudah terbangun. Tapi ia tak sempat mengubah wallpaper ponselnya yang keburu di check oleh tangan jail Rey. Nico hanya tersenyum saat mengusap pipi kanannya. Apa bisa gue permainkan perasaan elo?

----------------------------------
Hari ini adalah hari dimana Rey dan Xian akan bertemu dengan produser dan label musik yang akan menangani debut mini album mereka. Ya, Xian dan Rey adalah duo yang hebat dalam hal musik. Benar-benar hebat. Posisi Rey sebagai guitarist dan posisi Xian sebagai pianis-mereka juga merangkap sebagai vocal- menguatkan duo itu. Lagu pertama mereka adalah hasil recycle yang dibawakan secara classic. Ya, lagu milik Padi – Menanti Sebuah Jawaban.
“Kiaaa.. enaknya duo kita dinamain apa ya?”
“Apa dong Xian? Rey kan nggak ngerti! Xian aja yang nentuin, nanti Rey ikuut!” 
“Hahaha.. Aku namain Shiarrone aja gimana?” 
“Artinya besok ya?” 
“Hm okeh!”
Rey dan Xian begitu bahagia. Mereka sudah bertemu dengan label musik dan produser itu. Mereka akan debut tiga minggu lagi. Hal yang sangat menyenangkan, bukan?

Xian menerima telfon dari seseorang sehingga ia menjauh dari Rey. Sebenarnya Rey ingin tahu tapi Xian mencegahnya.
“Hai, brengsek! Ya gue tau lo mau taruhan ini tetep jalan.Gue nggak yakin lo suka, lagian dia juga belum tentu mau sama lo. Udahlah alyssa itu masa lalu. Sekarang gue akan menang! Ya! Gue akan menang!”
Xian memasukkan ponsel itu ke saku celananya lagi. Rey menatapnya dengan tatapan menyelidik. Tapi senyum Xian selalu mematahkan keingintahuan Rey yang besar.
“Telfon dari siapa? Kayanya serius banget?” 
“Nggak penting kok, Kiaaa!” balas Xian sambil mencubit sebelah pipi Rey. 
“Awas aja kalo kamu bohong. Saakit ih pipi akuu!” 
“Hahahahahaha”
Xian tak sabar mengatakan itu, hatinya sudah memaksa tapi otaknya meminta besok. Besok. Besok saja. Ya, besok saja. Besok adalah hari yang sempurna karena lusa Nico akan datang!

Xian resah, sangat resah. Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi tapi matanya masih belum mau berhenti melihat dunia. Mendadak ia takut, takut kalah taruhan dan Kia-nya akan menjadi milik saudaranya sendiri. Bukan maksud Xian jahat, tapi ia akan membuktikan pada Nico bahwa ia mampu mendapatkan cewek yang “lebih” dari Alyssa! Hari ini Xian mengajak Kia janjian di Amoura Caff café tempat mereka biasa nongkrong.
“Hai Kiaaa” 
“Halo Xian. Tumben rapi banget. Kaya Sung Ha Jung aja! Hahahahaha!” 
“Kiaaaa…” 
“Hm?” 
“Aku.. Akuu..” 
Deg. 
“Aku suka sama kamu udah dari dulu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” 
Dagdigdug. 
“Xiaan, Kia sama Xian kan masih kecil. Kita masih kelas 8. Nggak boleh pacaran. Mungkin Xian udah tapi Kia belom. Xian mau, nunggu Kia sampai SMA? Kata mama, Kia boleh pacaran kelas 11” 
“Tap.. Tapi.. Kia kamu nggak ngerti..” 
“Ini nggak akan merubah semua kok, Xian” 
“Oh ya, artinya Shiarrone itu Xian Rey will be One”
Tanpa banyak bicara Xian langsung meninggalkan Kia sendirian. Kia hanya terpaku. Dengan motor maticnya Xian mengebut jadi-jadian. Tak disadarinya sebuah mobil sedan menabraknya dari belakang. Dirinya limbung dan semuanya gelap. Empat jam kemudian, Kia menerima kabar bahwa Xian kecelakaan dan mengalami gangguan mental karena stress memikirkan sesuatu. Kia berteriak sejadi-jadinya. Sekeras kerasnya. Shella dan mamanya hanya bias terdiam. Sejenak ia teringat debut itu, dan jabatannya sebagai guitarist. Aku HARUS tinggalkan ini! HARUS!
-------------------------------------
Rey terbangun saat waktu sudah menunjukkan pukul tujuh. Ia melihat Shella masih tertidur pulas, mungkin kecapekan. Setelah mandi dan menyisir rambutnya, fikirannya langsung tertuju pada Nico. Terdengar dentingan piano dan suara Nico yang sedang menyanyi.
“Never mind ill find someone like you. I wish nothing but the best for you too. Don’t forget me Im faith I remember you said. Sometimes it last still love but sometimes it hurt instead.” 
“Ken udah baikan? Gue takut” Rey mengagetkan Nico. 
“Lo khawatir ya sama gue, sampe semalem cium cium gue segala?” 
“Hah? Apaan sih? Kok lo tau? Lagian kan dulu lo pernah cium gue waktu di UKS!” kata Rey tersipu sipu.Nico menghampirinya dan memeluk tubuh mungil itu. 
“Maafin gue ya..” 
“Lo kenapa jadi mellow gini sih?” 
“Penting buat gue jawab?”
Rey tidak menjawab.Sekejap rasa hangat menjalar ke seluruh tubuhnya. Dalam hati ia tersenyum. Ken tidak apa apa. Dari pintu kamarnya, Shella mengintip sambil cekikikan. Ia jadi teringat saat ia dan Willie jadian. Seperti itulah.
“Rey, nyanyi bareng yuk. Gue yang main piano” 
“Nyanyi apa?” 
“Mmm…” 
“Gini aja, nyanyi lagunya Avril Lavigne yang Remember When aja gimana?” 
“Oke!” 
“Kakak siapin sarapan dulu yaaa.. EHM!” Shella menyahut sambil terus cekikikan. 
“IYAAAA!” jawab Rey dan Nico kompak. 
“Eh bentar, kamu udah ngabari orang tua belum?” 
“Mereka udah aku bilangin kok, mereka lagi di Aussie” 
“Oh”
Mereka mulai menyanyi. Suara mereka bersahutan, namun benar-benar selaras. Dengan piano yang difungsikan double player, mereka mulai menyelesaikan lagu itu. Shella tersenyum penuh arti. Setelah mereka menyanyi, Nico mendadak menerima SMS dari nomor pribadi. “JANGAN PERNAH LO SAKITI CEWEK GUE, SEKALIPUN GUE UDAH DI ALAM YANG BEDA SAMA ELO BERDUA! GUE TAU LO MULAI SAYANG SAMA DIA! JANGAN SIA SIA KAN KIA GUE!” Apa? Xian “kembali”? Tubuh Nico bergetar hebat, wajahnya pucat dan dirinya berkeringat dingin. Jadi, apa Xian kembali?                               
--------------------------------------------------------------------------
#Wish5 : Melupakan Xian, lebih dekat sama Ken - Rey
#Wish6 : Semoga Rey tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi - Nico

So? Whats Next? :)

Kamis, 22 Maret 2012

Unpredictable Boyfriend - The Last Time Come Back #Part3

Kepala Nico mendadak sakit dan ia berkeringat dingin.Terus digendongnya Rey sampe ke depan rumah sakit. Perasaannya bercampur aduk, sedih kecewa marah dan rasa tak mau kehilangan. Melihat muka Rey bersimbah darah sudah membuatnya sakit dan menohoknya sampai ke ulu hati. Ditunggunya Rey dengan sabar di depan ruang tunggu UGD RS Kasih Bunda. Para guru menelfon orangtua Rey. 30 menit kemudian Papa, Mama dan Shella Kakak Rey memasuki Rumah Sakit. Mama Rey terlihat menangis sambil dirangkul Papa Rey.
"eh kamu siapa? Kalo ga salah Nik.. Nico ya?"
"I.. Iya tante" Nico jelas gugup karena Rey pernah memberitahunya bahwa orang tuanya sudah tahu tentang peperangan mereka.
"Yang dulu membenci Rey mati-matian itu kan? Kok kamu juga disini? Sudah baikan sama Rey?" tanyanya lembut. Nico sampe kaget.
"He-eh Tan. Eh.. Oh.. saya yang nolongin Ai.. Eh Rey.. Hehe. Sudah kok Tan. Sa.. Saya minta maaf ya Tan atas kesalahan saya selama ini"
"Wah, terima kasih ya Nic! Lho, bagus dong Nic jadi nggak usah musuhan lagi. Oh, iya tante maafkan kok. Tante maklum kan kalian anak muda" kata Tante Rivea sambil menepuk pundak Nico.
"Oh jadi ini calon mantunya mama?" Shella nyerobot. Akira yang mendengarnya langsung ikut menyusul Rivea dan Shella.
"Wah, jadi ini ya Maa? Papa kamu temen Oom juga kan Nic? Nitip salam dong"
"Ah Shella bisa aja! Hehe. Iya Om papa saya temen Om. Boleh nanti saya sampaikan"
Keluarga Rey sama sekali tidak menaruh dendam pada Nico. Mereka tahu setiap apa yang dilakukan Nico itu ada alasannya. Termasuk tentang kebencian Nico pada Rey. Tak lama dokter yang menangani Rey keluar dari ruangan dan meminta orangtua Rey untuk masuk.

Kelewat cemas, Nico tertidur di ruang tunggu. Sementara Bu Rima masih menunggui dan Pak Seto izin pulang karena ada acara keluarga. 20 menit kemudian orang tua Rey keluar bersama Shella. Mereka lega karena Rey hanya mengalami luka luar dan sobek pada kepala belakangnya.
"Nico.. Nic.. Nico"
Nico mengerjap sesaat.
"Eh, iya Om"
"Nic, Om, Tante sama Shella mau pulang sebentar. Kamu bisa menunggui Rey sebentar? Dia baru saja dipindah ke kamar VIP 801. Di lantai atas"
"Bisa kok Om hehe"
"Yaudah, Om tinggal ya?"
"Iya"
Setelah melempar senyum pada semua dan Bu Rima yang juga beranjak pulang, Nico langsung menuju kamar itu dengan setengah berlari. Benar-benar ingin secepatnya melihat wajah Rey. Begitu melihatnya Nico benar-benar menjadi tenang. Walaupun dibantu selang pernafasan, tapi Nico tenang Rey tidak kenapa-kenapa.

Jam menunjukkan pukul enam. Nico masih setia menunggu Rey. Tiba-tiba ia ingin mengabadikan foto saat rey sakit. Lalu ia mengambil BB nya dan berpose disamping Rey, satu tangannya diletakkan di atas kepala Rey melingkar dan ia tersenyum sambil memandang Rey. KLIK! 'elo lucu, gue suka waktu elo tidur' batinnya.
"Rey maafin gue mau kan?Please.. Gue nggak betah kalo harus marah sama elo terus Rey", kata Nico sambil memegang erat tangan cewek itu. 
Tiba-tiba tangan Rey memegang tangan Nico erat dan kedua sudut bibir Aiko terangkat. Rey tersenyum. Nico lalu melangkah ke sofa yang ada di seberang tempat tidur itu. Ia tertidur. Tak lama kemudian orang tua Rey dan Shella sang kakak kembali. Mereka menatap Nico dengan senyum penuh arti.

Rey sedikit demi sedikit membuka matanya. Dilihatnya Shella dan.. Nico? batinnya. Entah kenapa hatinya merasa sakit melihat Shella disampingnya dan Nico tidur di sofa. Shella yang menyadari Rey sudah terbangun segera menyambutnya dengan over. Cih!
"AIKOOO! UDAH BANGUN?!", pekiknya kelewat melengking. Sampe Nico kebangun.
"Eh, udah ce! Mama sama papa mana?"
"Hai. Gimana, lo dah baikan kan Ai?"
"Mama sama papa lagi nyari makan, Mei!"
"Hello Nic. Udah. Tumben elo manggil gue begitu. Oh, yaudah deh"
"Eh Ai gue pulang boleh?", Nico meminta izin.
"Lakukan sesuka lo", jawab Rey sambil tersenyum jengah. Ada arti tidak ikhlas disana.
"Gue pulang ya, Yok, Bye!"
Rey hanya memandangnya sengit. Bertanya kenapa sampai dia yang ada disitu. Dia juga berharap bukan Nico yang menolongnya. Melihat Nico pergi hatinya lega. Seperti sebuah besi yang berhasil ia patahkan. Shella menatapnya penuh arti.

-----------------------

Dua minggu setelah kejadian itu, Rey kembali ke bangku sekolah. Banyak yang bersimpati padanya dengan menanyakan kabarnya, tersenyum dan menjabat tangannya. Rey senang mendapat perhatian seperti itu. Itu artinya dia disayang. Tapi perasaannya berubah ketika Nico menggenggam tangannya.
"Lo da baikan?"
"Kelihatannya?" tanya Rey sambil mengangkat alis.
"Gue khawatir sama elo, lo tau nggak gue suka nungguin lo?"
"Nggak. Mending gue nggak ditunggu sama buaya macam lo"
"Gue kan manusia"
Rey mengibaskan tangan Nico lalu beranjak pergi. Hatinya masih dongkol karena Nico dan Shella kemarin. Eh ngapain dia sewot coba? Toh Nico itu hatersnya bukan sahabatnya. Ah masa bodo Rey tak mau memikirkan itu.

Hidup Rey kembali normal. Nico udah jarang menampakkan mukanya. Sadar level, kali! Nico kan sudah membuat Rey terombang ambing waktu SMP. Mungkin sekarang Nico sudah tak mau lagi berurusan dengan adik kelasnya itu.
"Eh, gue nggak ketemu Nico!" Felly menceritakan hal itu pada Rey.
"Eh, apa juga urusannya sama gue? Hel-auw!" Rey mengibaskan sebelah tangannya di depan muka Felly.
"Tapi kaan..." Deva mengedipkan sebelah matanya.
"Fikiran lo tuh, cuci sana pake air comberan!"
Rey berlalu. Nico memang nggak kelihatan. Tapi dia tak terlalu mempermasalahkannya toh hidupnya sudah lebih tenang. Nggak belepotan kaya hari-hari kemarin pas Nico masih ada. Kedua sudut bibirnya terangkat. A new life, batinnya.

Nico meletakkan tangannya di meja. Pandangannya menerawang jauh. Jauh sejauh jauhnya. Ia memikirkan keadaan Xian, dan tentang kebenciannya pada Rey. Semua berawal saat Rey menolak pernyataan cinta Xian pada waktu kelas 8.
"Bro, gimana PDKT elo?" Ello mengagetkan.
"PDKT palsu, taktik itu maksud lo?"
"Haha, iya! Awas aja kalo kebongkar. Kasian brad!"
"Biar dia ngerasain penderitaan Xian! Biar tau rasa!"
"Jahat lo!"
"Memang! Mr Kenrico harus jahat!"
"Devil kali!"
Mereka tertawa. Nico menang selangkah. Perlahan tapi pasti sepertinya ia berhasil memenangkan Rey. Entah untuk saat ini saja atau sampai nanti pada saat Rey benar-benar jatuh karenanya. Tapi malaikat menelusupkan satu kalimat dalam hati Nico. Karma selalu ada juga bagimu.

----------------------

Nico menarik lengan Rey. Begitu kuat sampai Rey memberontak kesakitan. Memang dia tahanan? Sampai harus diseret begitu. Bibirnya manyun sampai kaya bibir donald duck. Dia nggak suka diseret begitu. Tapi Nico nggak peduli. Padahal tadi ada Rossa yang harusnya pulang bareng Rey. Tapi kalau urusan sama Nico, mending kabur aja deh!
"Mau kemana siiiih?!"
"Tempat Xian!"
Mulut Rey terkatup rapat. Semua masalalu yang ia kubur tiba-tiba mencuat. Karena dialah Xian gila. Karenanyalah Xian harus berada di Rumah Sakit Jiwa selamanya.

Mereka tiba di Rumah Sakit Jiwa Taman Kerala sekitar pukul 5 sore. Harusnya jam besuk sudah habis, tapi karena Nico sudah janji dengan pihak RSJ, akhirnya diizinkan. Rey melangkah lunglai. Fikirannya melayang ntah kemana. Wajahnya pucat, tangannya dingin dan jantungnya berdegup kencang. Ini kali pertama ia menjenguk Xian.
"Xian.." sapa Nico.
"Ha.. Hai"
"Xiaaaann!!!"
"Kia... Haha Kia"
"Gue dateng sama cewek lo Xian"
"Kia love Ken? HAHAHA!"
"Xian kita pulang ya?"
Di luar dugaan Xian meraih tangan Nico dan Rey. Menggandengkan tangan mereka. Nico dan Rey saling pandang.
"Jangan tinggalin Kia.. Nanti aku bunuh kamu Ken!"
"Ma.. Maksud kamu?"
Tiba-tiba Xian menangis dan berteriak teriak. Suster dan beberapa perawat lain yang menanganinya langsung mempersilakan Nico dan Rey untuk pulang.
"Aku, panggil kamu Ken aja ya?"
"Kenapa?"
"Pokoknya gitu, biar beda sama yang lain. Biar..."
"Sama kaya Xian?"
"Mm.. Iya"
"Oke"
Nico menarik tangan Rey dan langsung melesat pergi. Ia mengantarkan Rey sampe ke depan rumah. Baru jam 7 saat mereka sampai di rumah. Rasanya Rey masih ingin bersama Nico untuk lebih lama, entahlah tapi ia merasa tak sanggup pergi. Nico hanya menatap Rey dalam diam. Hening.
"Ken mau masuk dulu? Mukanya pucat begitu?"
"Mm.. Iya deh boleh"
Setelah melangkah ke ruang tamu dan menawari Nico minum, Rey memainkan grand piano. Catnya gold dan tertera namanya "Aiko Kiarey C. A." besar dan ditulis dari krystal yang besar pula. Ada sejarah dibalik semua yang membuat Rey miris bila mengingatnya.
Jeng.. "Mungkinkah kau merasaakaan.. Semua yang kupasrahkan, kenaanglaah kaasiih"
Jengjengjeng "Ku suka dirinya.. Mungkin aku sayang.. Namun apakah mungkin kau menjadi milikku.."
Jengjengjeng "Kau pernah menjadi, menjadi miliknyaa.. Namun salahkah aku bila kupendam raasaa ini"
Hening sejenak.
"dont lose who you are in the blur of thestars"
Jeng "Seeing is deceiving dreaming is believing, its okay not to be okay"
Jengjeng "Sometimes its hard to follow ur heart! Tears dont mean youre losing, everybodys bruising JUST BE TRUE TO WHO YOU ARE!"
Closing.
Nico merinding, suara Rey barusan membuatnya teringat pada Xian yang sering menyanyikan kedua lagu itu. Ditambah suara Rey yang memang fix di nada tinggi dan hampir menyamai suara Jessie J dan Widy Vierra membuat bulukuduk Nico berdiri. Ngeri.
"Su.. suara lo" kata Nico seraya mendekati Grand Piano "exclussive" milik Rey.
"Ya, sebelum debut gue sama Xian. Sehari sebelum dia nembak gue"
"Hah?" pandangan Nico beralih ke sebuah foto. Disana ada Rey, Xian dan... produser?
"Kenapa sama fotonya?"
"Lo dulu guitarist?"
"Jangan bahas itu!"
"Tapi kenap..."
"Diem! Udah lo mau ngapain lagi heh? Mama papa di luar kota, kak Shella masih di rumah temennya. Mau ngapain? Pulang cepet!"
"Iyaiya gue pulang.."
Rey luruh, benteng pertahanannya runtuh. Selama ini usahanya move on gagal total. Hanya karena gitar. Dan kenapa harus gitar? Nico tak tega meninggalkan Rey sendiri. Ia tau Rey sedang menangis. Dalam hatinya. Untuk itu ia kembali dan menyejajarkan mukanya dengan muka Rey.
"Kalo elo mau nangis, nih ada lengan gue kalo lo mau pake. Gue bisa jadi pengganti Xian tapi bukan sebagai Xian ya. Sebagai Ken"
"Nggak. Gue nggak butuh! GUE NGGAK BUTUUUHH!!!" tiba-tiba Rey histeris.
"Pergi lo Ken PERGI!" teriaknya lagi.
"Rey tenang Rey!"
"Tadi gue udah tenang di depan Xian! Tapi sebenernya gue nggak baik baik aja, KENRICO! Gue bener" RAPUH!"
"Tapi Rey.. Gu.. Gue.."
"GUE LEBIH MENDERITA DARIPADA LO!!!"
Vas bunga keramik dibelakang rey diambil dan dilemparkan kepada Nico. Ia terpejam. Kepalanya berdarah. Rey menangis tak percaya ia sudah berani membunuh orang. Shella ternyata baru saja datang. Melihat Nico pingsan ia segera menghampiri.
"KEEENN! BANGUN KEN MAAFIN GUEEE!!! KEN LO JANGAN PERGIII!!!" Rey histeris. Lagi.
"Rey, kamu jagain Nico, kakak panggil dokter dulu"
"Ken, maafin aiko ya. Aiko salah banget sama Ken. Tapi Aiko jadi inget ke Xian gara-gara Ken" katanya sambil memangkukan kepala Nico di atas kedua paha kakinya. Tak peduli bajunya berdarah. 

Nico masih terpejam. Ia masih pingsan, tak bisa mendengar Rey yang terus histeris karena ulahnya sendiri sementara Shella masih menunggu dokter. Keen cepat bangun desis Rey tepat ditelinga Nico.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
#Wish4 : Nico seembuuh! - Rey
See You Soon! Keep Read, Enjoy and Love!